Pola Double Top (3)

Oleh Lukman Hqeem  |  22/10/2021 16.17

Double top adalah salah satu pola grafik yang digunakan para pialang untuk menyoroti terjadinya pembalikan tren. Biasanya terjadi setelah harga menyentuh level puncak, sebelum menelusuri kembali ke level support. Kemudian akan naik sekali lagi sebelum berbalik kembali secara permanen melawan tren yang berlaku.

Double tops (dan kebalikannya, double bottoms – yang akan kita bahas di tulisan selajutnya) menjadi salah satu analisis teknis penting yang banyak digunakan oleh para pedagang. Sebuah double top memiliki bentuk 'M' akan menunjukkan pembalikan dalam tren menjadi bearish. Sebaliknya pola Double bottom memiliki bentuk 'W' dan merupakan sinyal untuk pergerakan harga menjadi bullish.

Untuk mengidentifikasi terjadinya pola double top pada grafik harus mengindetifikasi terjadinya dua puncak yang berbeda dengan lebar dan tinggi yang sama. Kedua, jarak antara puncak tidak boleh terlalu kecil meski ini juga akan masih tergantung kerangka waktu grafik yang dipergunakan. Ketiga adalah konfirmasikan level harga di support yang menjadi neckline.

Biasanya pola double top terjadi menjelang akhir pasar bullish. Formasi harga terlihat seperti dua puncak yang terjadi setelah satu sama lain. Puncak umumnya harga yang sama pada grafik harga-vs-waktu. Puncak termasuk pemisahan atau perpisahan, yang merupakan harga minimum.

Perpisahan atau pemisahan disebut juga sebagai lembah. Tingkat harga di lembah dikenal sebagai garis leher dari formasi harga. Jika harga turun di bawah garis leher, formasi harga dianggap telah dikonfirmasi dan selesai. Ini berfungsi sebagai indikator bahwa harga kemungkinan akan terus turun atau penurunan harga yang berkelanjutan akan segera terjadi.

Pola atas ganda memberitahu investor, pedagang, atau analis bahwa pembeli di pasar yang berlaku, dan dengan demikian, permintaan menyalip pasokan sampai pembentukan puncak pertama. Itu menyebabkan harga naik. Tren kemudian berbalik, dan penjual di pasar mulai menang, kemudian dengan penawaran menyalip permintaan. Ketika pasokan melebihi permintaan, harga mulai turun. Ini menciptakan garis leher atau lembah harga. Setelah lembah, para bulls atau pembeli di pasar mulai mendominasi lagi, dan harga mulai naik.

Ketika pedagang memperhatikan bahwa harga tidak naik melampaui level yang dicapai oleh puncak pertama, beruang atau penjual kemudian mulai mendominasi, dan mulai menurunkan level harga. Hal ini menyebabkan terbentuknya double top. Jika harga turun melampaui lembah, biasanya itu merupakan sinyal bearish.

Dua faktor yang memungkinkan analis atau pedagang untuk menentukan keberadaan pola double top adalah volume dan waktu antara puncak. Saat melihat volume, penting untuk dicatat bahwa peningkatan tingkat harga yang dicapai pada puncak pertama dapat dikaitkan dengan peningkatan volume. Penurunan ke garis leher yang terjadi setelahnya dapat dikaitkan dengan volume yang rendah. Upaya kedua menuju puncak kedua juga harus pada tingkat volume rendah.

Saat melihat waktu antara dua puncak untuk menentukan apakah ada pola double top atau tidak, penting untuk dicatat bahwa ketika puncak mencapai tingkat harga yang sama dalam periode waktu yang sangat dekat, mereka menunjukkan bahwa tren akan berlanjut. dan bahwa mereka merupakan bagian dari konsolidasi.

Ada dua cara untuk berdagang menggunakan pola double top dan double bottom: Anda akan membuka posisi jual pada double top, dan posisi beli pada double bottom. Namun, sebelum itu perlu untuk mengkonfirmasi sinyal dengan indikator teknis lainnya seperti indeks kekuatan relatif (RSI) atau SAR parabola dimana keduanya merupakan indikator momentum.